Saleha Juliandi, Sang Kreator Lagu Edukasi Masa Kini
Proses pendidikan karakter yang masih belum tertanam kuat dalam diri seorang anak menjadi sebuah perhatian khusus di masyarakat. Banyak anak yang masih kurang memiliki kesadaran terhadap lingkungan, kedisiplinan serta tindakan positif lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang menggerakkan hati Saleha Juliandi untuk terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan dengan menciptakan media pendidikan karakter yang menarik bagi anak-anak.
Bu Saleha Juliandi bersama suami (Berry Juliandi)
Pertemanan saya dengan Bu Saleha Juliandi terjadi sekitar tahun 2014 lalu. Saat itu saya tengah mengikuti perlombaan menulis yang ia adakan secara online. Meskipun saya belum mendapatkan juara dalam event tersebut, pertemanan saya dengan founder Pena Nusantara tersebut masih tetap berlanjut hingga sekarang. Akhir-akhir ini postingan beliau di media sosial sering muncul di timeline saya. Oleh sebab itulah, saya merasa tertarik terhadap kiprahnya sebagai penggiat edukasi karakter.
Sejauh ini, Ibu Saleha menilai bahwa proses pendidikan saat ini hanya sebatas penyampaian materi di kelas. Artinya, ketika anak-anak sudah keluar dari lingkungan sekolah, ilmu-ilmu yang sebenarnya sudah diajarkan belum terinternalisasi secara penuh dalam diri anak-anak. Alhasil, banyak dari mereka yang memiliki pemahaman secara teoritis semata tanpa adanya tindakan atau aksi nyata. Hal tersebut terbukti dengan kurangnya kesadaran anak-anak terhadap lingkungan, kedisiplinan, pola makan dan lain sebagainya.
“Jadi, pendidikan karakter sangat memerlukan praktik secara rutin terus-menerus dan pengawasan langsung di lapangan oleh guru (apabila di sekolah) dan orangtua (apabila di rumah),” kata Ibu empat anak tersebut.
Menurutnya, masa anak-anak adalah masa yang paling tepat untuk membentuk sebuah kebiasaan baik. Anak kecil ibarat kertas kosong atau tanah liat yang masih belum terbentuk. Dengan kata lain, anak adalah peniru ulung dari apa yang mereka dengar, lihat dan rasakan. Oleh sebab itu, anak-anak membutuhkan lingkungan yang edukatif untuk perkembangan mereka ke depan.
Sebagai bentuk pelibatan keluarga pada penyelenggaraan pendidikan, Ibu Saleha Juliandi telah melakukan berbagai upaya. Dengan background-nya sebagai penulis, ia memulai perjuangannya dengan menulis sebuah buku dan menggelar traveling edukasi. Namun, hal itu dirasa kurang bisa diterima oleh anak-anak. Apalagi tidak semua orang senang membaca buku dan tidak semua orang punya uang untuk mengikuti traveling edukasi. Akhirnya, ia harus memikirkan cara yang lebih fun, menarik dan mudah diterima oleh anak-anak.
Lagu-lagu edukasi pun akhirnya dipilih sebagai media pendidikan karakter. Pengalamannya ketika menetap di Jepang membuat ia sadar bahwa lagu-lagu anak bermuatan edukasi karakter sangat mendominasi dan punya dampak positif. Berkat hal tersebut, ia tertarik untuk mengembangkan konsep lagu-lagu edukasi pendidikan karakter di Indonesia.
Program lagu edukasi ini adalah sebuah program yang murni sebagai bentuk kepedulian sosial. Bu Saleha tidak mendapatkan keuntungan seperserpun. Sebaliknya, ia malah mengeluarkan banyak biaya untuk proses produksi lagu edukasi ini. Untuk proses penciptaan lagu, pembuatan nada, arangement musik, rekaman hingga video dilakukan di rumahnya di Bogor. Bu Saleha sudah berupaya mencari sukarelawan kemana-kemana, namun hasilnya nihil. Untuk menekan biaya produksi, akhirnya Bu Saleha meminta dua anak kembarnya yaitu Keiko-Kioko untuk menyanyikan lagu-lagu edukasi. Anak kembar asli WNI kelahiran Jepang inilah yang menjadi sukarelawan untuk visi Ibunya: menjadikan Indonesia lebih baik dari Jepang, negara yang pernah ia singgahi.
Proses produksi lagu edukasi
Bu Saleha juga tidak pernah bermimpi menjadikan Keiko-Kioko sebagai artis/penynyai sukses. Fokus utamanya adalah menjadikan Indonesia lebih baik (bersih, tertib, rapi dan disiplin) melalui lagu-lagu edukasi yang ia ciptakan. Keiko-Kioko hanya berperan sebagai media gratis untuk menebar pesan mulia dari lagu tersebut.
Lagu pertama berjudul “Kusimpan Sampah”.
Lagu ini bertujuan untuk memotivasi anak-anak agar selalu menjaga kebersihan dengan menyimpan sampahnya (bisa di kantong) saat tidak menemukan tong sampah. Hal ini menjadi penting karena tidak semua tempat tersedia tempat sampah. Jadi, untuk sampah-sampah snack bisa dimasukkan kantong terlebih dahulu. Akan lebih baik jika membawa plastik sampah sendiri dari rumah. Hal ini diharapkan agar anak-anak akan terbiasa menjaga kebersihan dimulai dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Lagu yang kedua berjudul “Ayo Makan”.
Lagu ini bertujuan untuk memotivasi anak-anak yang tidak doyan minum susu serta tidak doyan makan sayur, ikan, tempe, telur dan sebagainya. Lagu ini sekaligus mengingatkan orang tua untuk selalu memberikan menu-menu makanan yang bergizi untuk anak pada masa pertumbuhan. Selain itu, dalam lagu ini juga terdapat motivasi agar semangat belajar mandiri makan sendiri; memotivasi anak agar mau makan sambil duduk; memotivasi anak agar selalu berdoa sebelum dan sesudah makan; memotivasi anak agar tidak melupakan jasa orangtua, nelayan, petani, dan peternak sehingga makanan tersebut bisa mereka nikmati.
Ajakan untuk menjaga pola makan ini juga diamini oleh BJ Habibie. Dikutip dari sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id, dalam puncak Hari Anak Nasional 2018, beliau mengajak puluhan anak sekolah dasar dan para orangtua untuk menjaga pola makan sehat. Presiden Indonesia ke-3 itu ingin anak Indonesia mendapatkan nutrisi yang cukup untuk menciptakan pribadi baik dan dapat diandalkan.
Kiprah Bu Saleha Juliandi ini juga turut mendapatkan apresiasi dari media massa. Bersama dengan Keiko dan Kioko, ia diundang dalam acara Hitam Putih di Trans 7 pada 11 Mei 2018 lalu. Bu Saleha sendiri berharap agar semakin banyak tayangan yang menjadi tuntunan bukan sekedar mengejar rating tayangan viral. Menurutnya, media massa juga perlu menayangkan hal-hal edukatif untuk memperbaiki karakter negeri ini. Pendidikan di Indonesia bukan hanya melibatkan sekolah, namun juga keluarga dan media itu sendiri.
Sekarang, Bu Saleha bersama Keiko-Kioko masih aktif melakukan perform di berbagai tempat untuk menyebarluaskan lagu edukasinya. Selain itu, ia juga memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan mempromosikan lagu edukasi melalui Facebook, Instagram dan Youtube. Ia berharap agar lagu-lagu yang lebih mendidik semakin diketahui masyarakat lebih luas. Apalagi semua orang gratis mengunduh lagu edukasi di Youtube dan bebas menyebarluaskannya untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah.
Bu Saleha sendiri menyadiri jika kampanye edukasi ini memiliki tantangan besar. Apalagi terhadap lagu-lagu yang tidak bermutu tetapi justru lebih diapresiasi oleh media maupun masyarakat. Ia juga menyadari jika masih kurang maksimal dalam sosialiasi pendidikan melalui lagu ini. Terlebih jika harus mengeluarkan nominal yang tidak sedikit. Oleh karena itu, ia sangat memerlukan dukungan dari pemerintah maupun media massa agar lagu-lagu edukasi mendapatkan tempat yang lebih baik daripada lagu-lagu yang tidak mendidik.
Penampilan Keiko-Kioko
Ihwal pendidikan karakter memang tidak bisa dibentuk secara instan. Butuh teladan dan konsistensi agar bisa membudaya bagi anak-anak. Pihak sekolah bukan satu-satunya agen dalam proses pendidikan, melainkan keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat juga harus terlibat dalam satuan pendidikan dengan ragam cara yang bisa dilakukan. Apalagi di era kekinian ini banyak media yang bila digunakan secara bijak bisa mendulang manfaat.
Bu Saleha Juliandi telah menjadi contoh nyata pelibatan keluarga dalam penyelenggaraan pendidikan di era kekinian. Banyak sekolah merasa terbantu dengan lagu edukasi karyanya. Semua itu adalah program sosial tanpa upaya mengambil keuntungan apalagi sekedar popularitas. Ia masih bermimpi agar Indonesia sekaligus tanah air yang sangat dicintainya ini tidak kalah dari negara lain. Semoga lagu-lagu edukasi lainnya akan berkembang dan menjadi populer di masyarakat, tidak hanya dari Keluarga Bu Saleha, tetapi juga dari keluarga Indonesia lainnya. #sahabatkeluarga
Referensi:
[1] Artikel Kemdikbud, BJ Habibie Ajak Orangtua Jaga Pola Makan Anak diakes 5 Agustus 2018
Lentera memang tidak seperti lampu yang menyala terang dengan hanya menekan tombol. Butuh minyak, sumbu dan api agar bisa memberi cahaya pada orang lain....