Desain GRAFIS Bukan Desain GRATIS: Potret Menyedihkan dan Membanggakan Desain Grafis Indonesia

.

“Ongkos cetaknya udah mahal nih mas, desainnya gratis aja ya,”
“Masa bikin logo mahal banget, kan tinggal ngetik aja,”
“Minta tolong diubah dikit ya,” eh taunya yang diubah banyak dan desain dari awal
Itulah beberapa kalimat menohok yang lumrah terjadi dalam jasa desain grafis. Apalagi jika yang minta tolong teman atau saudara maka minta gratis sudah menjadi budaya; tanpa ada rasa sungkan (malu). Padahal dalam kehidupan sehari-hari erat sekali kaitannya dengan desain. Sampul buku, kemasan makanan, hingga spanduk nama warung pun tidak lupuk dari sentuhan desainer. Benda-benda tersebut tidak dibuat dengan asal-asalan. Yang jelas butuh kreatifitas dan mempertimbangkan banyak aspek. Apa jadinya jika para desainer itu mogok kerja karena minim apresiasi?
“Menjadi kreatif tidak berarti menjadi aneh kreatif dapat juga sekaligus biasa, sopan dan memasyarakat” – Sophia Novita Angkadjaja

Meskipun saya bukan sosok desainer, namun setidaknya saya cukup prihatin dengan kondisi ini. Waktu, ketelitian, fokus dan ketekunan seringkali dibayar dengan TERIMA KASIH. Miris sekali. Belum lagi pendapatan desain grafis di Indonesia tergolong kecil. Bahkan, tidak jarang mereka banting setir menjadi pekerja freelance dikarenakan gaji yang dihasilkan jauh lebih besar dibanding menjadi pekerja tetap di sebuah perusahaan. Berikut data gaji/bayaran pekerja desain grafis di Indonesia:

sumber data: gajimu.com

Coba bandingkan dengan dengan negara lain misalnya tetangga kita Malaysia yang berani menggaji fresh graduate dengan kisaran Rp. 4-7 juta. Mari kita coba loncat lagi ke Singapura yang gaji minimal seorang designer setara dengan Rp 13 juta. Lain lagi dengan Amerika yang rela menghargai karya designer dengan gaji minimal 40 juta per bulan. Artinya, memang disana profesi desainer sangat dihargai sehingga tidak heran gaji yang diberikan juga tinggi. Sebanding dengan harga sebuah kreatifitas dan ide berharga.

Dari Desain Grafis Menuju Dunia

Ketika sudah saya sodorkan beberapa fakta mirisnya upah desain grafis di Indonesia bukan berarti saya melarang kalian menjadi seorang desainer atau angkat kaki dari Indonesia. Justru uraian diatas adalah upaya saya untuk mendongkrak pola pikir para penyewa jasa (klien) terutama di Indonesia untuk lebih sadar diri. Ayolah, jangan bikin otak para desainer terganggu dalam melahirkan ide akibat minim apresiasi apalagi cuma masalah dengan “uang”.

Namun kalian patut meneladani beberapa desainer Indonesia yang sudah kaya raya dan mendunia. Mereka tidak harus terlahir dari keluarga yang melek desain atau berkemampuan. Mereka berhasil membuktikan bahwa dengan desain grafis mereka bisa meraup penghasilan yang menggiurkan, hingga memiliki perusahaan beromzet milyaran. Berikut 7 orang yang telah sukses berkecimpung dalam dunia desain grafis:

#1. Danton Sihombing

Namanya sudah tidak asing di dunia desain grafis. Peyandang gelar gelar master bidang desain grafis dari Savannah College of Arts and Design (SCAD), Georgia, AS pernah berkarya di sejumlah perusahaan dunia seperti Allied Graphic Arts (AGA), New York City. Danton Sihombing juga punya sumbangsih yang cukup besar dalam proyek prestisius revitalisasi brand Marks & Spencer dan Nascar. Tahun 2001 ia menulis buku “Tipografi dalam Desain Grafis” dan “Tipografi dalam Desain Grafis-Edisi Diperbarui” yang diluncurkan pada Agustus 2015. Danton Sihombing juga menyusun buku “Warisan 5 Desainer: Tjahjono Abdi, S. Prinka, Priyanto Sunarto, Yongky Safanayong, Irvan Noe’man” yang diterbitkan pada November 2015.

#2. Yolanda Santosa

Yolanda Santosa atau yang akrab disapa “Yo” ini merupakan desainer grafis luar biasa kelahiran Jakarta tahun 1978. Karyanya telah banyak menelurkan prestasi membanggakan. Ia pernah menjadi nominasi Emmy Award selama tiga tahun berturut-turut dengan karya desainnya untuk Desperate Housewives (2005), Ugly Betty (2006), dan Zack Snyder’s 300 (2007). Penghargaan lainnya yang didapat adalah Graphic Design USA 2006 untuk kecermelangannya di Komunikasi dan Desain Grafis, Webby Awards Honoree 2006. Yolanda juga terlibat dalam proyek ternama lainnya seperti Hulk (2003) dan Herbie Fully Loaded (2005). Proyek yang paling dibanggakan dan berkesan baginya adalah desain untuk Desperate Housewives.

Selain kreatif, Yo ini juga punya jiwa wirausaha yang kuat. Yo mendirikan Ferroconcrete, perusahaan desain dan branding berpusat di Los Angeles, Amerika Serikat. Yang mana perusahaan itu mengarahkan branding Pinkberry yang awalanya memiliki satu outlet menjadi ratusan di seluruh dunia. Yo juga menjabat sebagai salah satu pendiri dan Creative Director di usaha kue kecil modern früute, produsen parfum Commodity, dan sebuah publikasi LA Downtowner.

#3. Lucia C Dambies

Jebolan Desain Komunikasi Visual ITB ini telah menggarap beberapa project besar. Seperti Stasiun televisi ABC, CNN, Paramount Pictures, Pinkberry, Sci Fi Channel, Showtime, Sony, Universal Pictures, Walt Disney Pictures, Warner Bros Pictures, dan 20th Century Fox. Lucia C Dambies atau yang kerap disapa dengan panggilan Loucee tak kalah berkilap dalam bidang desain grafis. Hal ini tidak lepas dari masa kecilnya yang punya cita-cita menjadi seorang desainer grafis.

Meskipun bekerja paruh waktu, ia juga menyandang predikat cumlauder. Loucee mengambil master di Program Studi Visual Communication Designdi Pratt Institute, New York City, ini pernah meraih penghargaan Circle Award for Academic Outstanding Achievement dari Pratt Institute. Melepas masa lajangnya dengan menikah bersama peneliti kimia berkebangsaan Prancis, dan kini menetap di Newcastle Upon Tyne, Inggris.Di kota ini dia bekerja sebagai head designer di WhartonBradley Mack, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang internet marketing specialist.

#4. Henricus Kusbiantoro

Henricus namanya begitu tersohor karena memang menjadi salah satu desainer grafis terbaik Indonesia. Henricus Kusbiantoro, begitulah nama lengkapnya. Namanya begitu kental dengan Landor, perusahaan pioner dan terkemuda sebagai konsultan merek dan logo di San Fansisco, Amerika Serikan. Lulusan ITB ini telah menghasilkan banyak logo kelas dunia. Siapa sangka yang dulunya senang menggambar ilustrasi pewayangan ini melanjutkan studinya di Pratt Institute, Brooklyn, New York dan lulus tahun 2000 dengan predikat highest achievent. Selanjutnya, dia memilih bergabung dengan Wolff Olins, konsultan merek inovatif dan kontroversial asal Inggris dan langsung terlibat dalam revitalisasi menyeluruh merek General Electric (GE) pada 2004.


#5. Melissa Sunjaya

Melissa Sunjaya menjadi kebanggaan Indonesia ketika telah sukses berkiprah di beberapa studio desain grafis terkemuka di California sekaliber CMg Design Inc. Wanita kelahiran Jakarta, 1974 lulusan  desain grafis di Universitas Trisakti, kemudian melanjutkan studi di Art Center di Swiss dan California. Tangan dinginnya telah berhasil merayu berbagai proyek branding korporasi seperti Fox Twentieth Century, 29Palms, GeanGardner Photography, dan Mark Hanauer Photography.

#6. Christiawan Lie

Pernah melihat mainan action figure GI Joe dari perusahaan mainan internasional Hasbro? Yap, Christiawan Lie adalah salah satu  desainer kemasan dari action figure terkenal ini. Pria kelahiran Bandung, 5 September 1974, mendirikan Caravan Studio yang sudah malang melintang dalam dunia desain mainan, komik, ilustrasi, dan concept art. Klien-klien Caravan Studio kebanyakan berasal dari luar negeri seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Australia. Publik internasional telah mempercayainya tim Caravan berkat determinasi dan standarisasi karya mereka yang tinggi. Dia telah membuktikan bahwa menjadi desain grafis bisa hidup layak, tidak seperti dulu ketika di Bandung. Ia pun berharap komikus dapat hidup sejahtera tanpa harus nyambi. Ia juga menyarankan pada desainer pemula agar tidak malu mempublikasikan karyanya.

#7. Marsha Chikita

Kalau yang satu ini sudah tidak asing lagi nongol di Televisi. Marsha Chikita atau dipanggil Kiki pernah merasakan magang di Las’ Copaque Production yang notabene rumah produksi film Upin-Ipin. Menariknya, hanya Kiki orang Indonesia yang dipercaya bekerja disana. Yang awalnya hanya magang, berkat karyanya yang dinilai baik akhirnya tahun 2010 diangkat menjadi karyawan disana. Tak lupa dengan tanah airnya, akhirnya 2012 merupakan tahun dimana Kiki pulang ke Indonesia. Ia membawa oleh-oleh berupa ide segar dunia animasi Indonesia. Monso House adalah perusahaan animasi independen yang dibuat bersama lima orang rekannya. Salah satu proyek besar yang akan digarap dalam waktu dekat ini adalah film animasi yang berjudul Goceks, mengisahkan anak-anak kecil yang bermain bola di jalanan. Melalui film animasi buatannya ini, Kiki ingin menyampaikan pesan moral untuk anak-anak dan berharap bisa membangkitkan kembali dunia animasi Indonesia.

3 Kiat Menjadi Desain Grafis Sukses Versi Nizam

Kiprah sejumlah desainer grafis Indonesia itu membuktikan bahwa kualitas mereka sangat mumpuni di dunia. Tidak salah jika penulis buku desain grafis Surianto Rustan pernah mengatakan “potensi dan kreativitas anak Indonesia sangat besar”. Pun hal ini juga diimbangi dengan prospek kerja desain grafis juga sangat terbuka apalagi jika kita punya motivasi. Berikut ada beberapa kiat menjadi desain grafis sukses:

1. Berani Mengambil Peluang

Lulusan desain grafis memang menjamur. Tidak heran persaingan mendapatkan job/proyek semakin kompetitif. Mau tidak mau harus berani mengambil peluang. Bila didalam negeri dirasa kurang mendukung iklim desain grafis tidak ada salahnya jika mencoba peruntungan di luar negeri. Seperti cerita Marsha Chitika yang mengawali karir menjadi magang hingga berstatus sebagai karyawan tetap Las’ Copaque Production di Malaysia.

2. Jangan Pernah Mengeluh

Siapa bilang untuk menjadi seorang desain grafis harus berasal dari keluarga kaya raya. Kondisi ekonomi seyogyanya bukan menjadi batu sandungan dalam eksistensi berkarya. Seorang Yohanes Auri Wibawa dengan kamarnya yang berukuran 4×4 meter dan komputer tabung berprosesor Pentium III nyatanya telah sukses mendirikan “Flux Design” beromzet hingga milyaran. Kalau Yohanes bisa kalian juga pasti bisa!

3. Berani Memulai

Tidak ada kata terlambat belajar desain grafis sekalipun umur Anda sekarang sudah mencapai kepala tiga. Asalkan ada kemauan dan tekat, kesempatan menjadi desainer grafis masih terbuka. Meskipun kalian tidak menyenyam bangku perkuliahan, sudah bekerja, masih sekolah atau apapun itu bukan berarti harapan kalian pupus. Oleh karena itu saya menyarakan kursus desain grafis Dumet School yang sudah terbukti mencetak para desainer handal dari berbagai latar belakang berbeda. Jadikan Dumet School sebagai langkah awal mengikuti jejak para desainer kelas dunia.

Refrensi:
http://www.gajimu.com
https://www.goodnewsfromindonesia.id/
http://idesainesia.com
https://www.wadezig.com

*) Artikel ini diikutkan Lomba Blog DUMET School 2017 edisi Bulan Mei

Tulisan lainnya :
Chat WhatsApp
error: Mohon maaf, copy paste tidak diperkenankan !!